Selasa, 10 Maret 2020

❇ Ketaatan Pada Penglihatan dari Surgawi ❇

:: <3 @ <3 πŸ˜‡
⭐ Selasa, 11 Maret 2020 ⭐

My Utmost (B. Indonesia)
Kepada penglihatan yang dari surga itu tidak pernah aku tidak taat.
— Kisah Para Rasul 26:19

Renungan hari ini berbicara tentang makna visi surgawi dalam hidup kita.
Namun, visi itu tidak pernah mendapat tempat bagi penggenapannya dalam hidup kita karena kita terjebak oleh berbagai kesibukan.
Renungan ditutup dengan, “... jika Anda memilih sendiri tempat Anda akan ditanam oleh Allah, Anda akan terbukti kelak tidak produktif seperti 'kulit kacang yang hampa'".”

Ketaatan pada Penglihatan dari Surgawi

Jika kita kehilangan “penglihatan yang dari surga” yang telah diberikan Allah kepada kita, kita sendirilah yang bertanggung jawab -- bukan Allah.
Kita kehilangan visi surgawi itu karena kurangnya pertumbuhan rohani kita sendiri.

Jika kita tidak menerapkan kepercayaan kita tentang Allah ke dalam urusan hidup kita sehari-hari, visi yang diberikan Allah kepada kita tidak akan pernah digenapi.
Satu-satunya cara untuk mematuhi visi surgawi adalah memberikan seluruh pengabdian kita untuk meninggikan-Nya – yang terbaik dari kita untuk kemuliaan-Nya.

Hal ini dapat terlaksana hanya bila kita bertekad untuk terus mengingat dan mengingat kembali visi Allah. Akan tetapi, ujian bagi ketaatan kita kepada visi tersebut adalah dalam detail hidup sehari-hari kita – dalam setiap detik atau menitnya -- bukan hanya pada saat doa pribadi atau ibadah kebaktian.

“Sebab penglihatan... apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu...” (Habakuk 2:3). Kita tidak dapat menggenapi visi atau penglihatan itu dengan usaha kita sendiri, tetapi harus hidup di bawah ilhamnya sampai visi itu digenapi.
Kita dapat begitu sibuk dengan kegiatan sehingga kita lupa akan visi tersebut.
Pada awalnya kita memberikan perhatian, tetapi kita tidak menantikannya.
Kita dikejar-kejar oleh kegiatan dan ketika visi digenapi, kita bahkan tidak dapat melihatnya lagi.

Menantikan penglihatan yang “berlambat-lambat” merupakan ujian sesungguhnya dari kesetiaan kita kepada Allah. Kita sesungguhnya membiarkan hidup jiwa kita dalam bahaya dengan membiarkan diri kita terperangkap dalam berbagai kesibukan kegiatan kita sehingga kehilangan penggenapan dari visi atau penglihatan tersebut.

Perhatikanlah (datangnya) badai Allah. Satu-satunya cara Allah “menanam” orang percaya adalah melalui pusaran badai-Nya. Maukah Anda ternyata hanya “kulit kacang yang hampa tanpa kacang di dalamnya”? Hal itu akan tergantung pada benar atau tidaknya Anda hidup dalam terang visi yang telah Anda lihat.

Biarlah Allah mengutus Anda melalui badai-Nya, dan jangan pergi sebelum Dia melakukannya. Jika Anda memilih sendiri tempat Anda akan ditanam,
Anda akan terbukti kelak tidak produktif seperti “kulit kacang yang hampa”.
Namun, jika Anda mengizinkan Allah menanam Anda, Anda akan “berbuah banyak” (Yohanes 15:8). Penting bagi kita untuk hidup “berjalan dalam terang” visi Allah bagi kita
 (1 Yohanes 1:7).

Renungan Firman Tuhan ini perlu untuk kurenungkan..,, aku merasa renungan FT hari ini seakan berbicara padaku...
Bagaimana caranya untuk hidup " berjalan dalam terang " sehingga  visi yang di berikan Allah padaku itu di genapi..??
Bapa.., Engkau tau ......,............................................................tapi Linda tuu.. bingung bagaimana menyikapinya..? Beri aku kepekaan yg lebih lg untuk dapat mendengar dan mengerti akan suaraMu..Bapa..sehingga Linda tau harus bagaimana...
Linda tau...Linda ngga dapat melakukannya dengan usahaku sendiri...
Biarlah kiranya aku memiliki hati yang taat dan rela.., aku mengizinkan Allah menanamku..sampai visi yang diberikan Allah padaku digenapi dan menjadi nyata..
Harapanku di dalamMu..Bapa..
Linda tidak ingin seperti kulit kacang yang hampa...Bapa..πŸ™πŸ˜‡
Jadilah padaku seperti yang Kau ingini...Amiiin..πŸ™



By Roslin
11032020

πŸ˜‡ <3 @ <3 ::😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar